Singkat saja (4) : Ah... Sudahlah...

Bisa jadi, polisi yang tadi nilang di pinggir jalan, dengan gaya menyebalkan, pagi tadi baru saja kehilangan. Kehilangan anak yang amat ia cintai. Anak yang menjadi penyegar jiwanya setelah lelah bekerja keras seharian.

Bisa jadi, anak kecil yang kamu bilang nakal karena ia sengaja menumpahkan makanannya ke pakaianmu, saat kamu bertemu di angkot bersamanya, baru saja mendapat kabar yang ia bahkan tidak mengerti. Ia divonis mengidap suatu penyakit yang akan segera menghabisi nyawanya. Cepat atau lambat.

Bisa jadi, laki-laki yang tertawa sepanjang jalan bersama kawannya, yang tadi kita lihat dari seberang jalan dan kau anggap dia memalukan. Ternyata dia baru saja mendapat surat peringatan dari kampusnya. Jika ia tidak menyelesaikan urusan akademiknya, ia bisa kapan saja dilempar dari kampus ini. Sedang ibundanya terbatuk-batuk di gubuk di kampung halamannya. Menunggu putranya itu kelak membawa secercah cahaya bagi keluarga kecil mereka yang sudah ditinggal ayah sangat lama.

Ah, polisi tadi, kalaupun ia menunjukkan kesedihannya, adakah yang mau bersimpati? Sedang hampir setiap hari kita merutuki saat ia menepikan kendaraan yang kita tumpangi. Anak tadi, kalaupun ia menangis sepanjang jalan pulang, adakah yang mau peduli? Sedang kebanyakan orang kesal pada anak yang menangis meronta di tempat umum. Dan laki-laki tadi, kalaupun ia menjerit di depan kelas, disaksikan banyak mahasiswa lainnya, adakah yang bisa menjamin ia bisa menyelesaikan kuliahnya dengan terhormat? Sedang mahasiswa lainnya pun sibuk dengan urusan dan masalahnya masing-masing.

Tiap orang bisa punya pendapat, tiap orang bisa punya persepsi. Kadang juga berkelebat prasangka-prasangka atas tindakan orang lain yang kita temui. Tapi kamu perlu ingat bahwa sebagian prasangka adalah dosa. Lantas mengapa tak coba tanya jika kau selintas menduga?

Ah... sudahlah... Manusia memang sering lupa bahwa jika saja Allah tidak menutupi aib-nya, sungguh mereka tak akan punya muka untuk diangkat menatap bumi. Manusia sering lupa dan merasa seperti dewa saja saat melekatkan prasangka pada saudaranya, dan menganggap sangkaan itu benar adanya. Padahal mereka lupa bertanya.

Ups... hampir saja aku kelepasan. Berkata begitu dengan emosi akan perilaku mereka. Padahal bisa jadi aku pun pernah melakukannya. Bersyukur aku punya saudara seperti kamu, yang saat bersamamu rasanya semakin dekat kepada-Nya. Karena itulah sebaik-baiknya saudara.

Ah... sudahlah... aku mulai terlalu banyak bicara. Khawatir ini menjadi retorika semata.

***

Singkat saja... dini hari ini rasanya sudah lelah. Sesore tadi hanya membaca bahan ujian. Aku takut tertidur lagi di kelas.

Semoga saja, yang melihat seorang gadis tertidur di tengah ujian pagi ini, tidak menilai bahwa gadis itu malas. Dia hanya punya caranya sendiri dalam memikirkan jawaban apa yang harus dibubuhkan pada kertas ujian -- meski terlihat konyol dengan tertidur di kelas.






Comments

Popular Posts