Masalahnya Adalah...

Masalahnya adalah... 
jatuh cinta hanya sehari hingga sepekan, sedang bangun cinta adalah selamanya...


Masalahnya adalah... 
mengagumi bisa jadi hanya sekilas, sedang memahami butuh sepanjang usia...


Masalahnya adalah... 
ketertarikan hanya bertahan beberapa saat, sedang kesetiaan menuntut seluruh waktu yang ada...

Masalahnya adalah... 
cita-cita,angan, dan impian mudah sekali melambung tinggi bersama idealisme, tapi tak jarang tumbang saat membentur realita...


Masalahnya adalah...
Getar rasa itu seperti gempa bumi; sesaat tapi menghancurkan yang tak bertahan. Sedang cinta adalah pembinaan tak berujung; bukan hanya sepekan sekali, namun setiap detik yang berlalu dan membersamai...


Masalahnya adalah...
kita tidak hidup hingga hari ini saja; saat kedua mata masih jernih secara fisik, saat kulit masih terasa lembut dan hangat ketika berjabat, saat kedua kaki masih kuat mendaki, saat kedua bahu dan tangan masih sanggup memikul seberat-beratnya beban...


kita mungkin akan menjalani masa di mana tremor mulai menjalari sepanjang lengan, saat pergi ke kamar kecil adalah pekerjaan yang sulit, saat menggunting kuku menjadi hal yang bahkan membahayakan jiwa...



Mungkin itu adalah saatnya otak yang lemah dalam mengingat ini untuk lupa bahwa dulu pernah jatuh cinta pada keindahan parasnya, lupa bahwa dulu pernah mengagumi kesantunan sikap dan perilakunya, lupa bahwa dulu pernah tertarik pada kecerdasannya, lupa bahwa dulu pernah bermimpi membangun generasi penerus kebaikan bersamanya, lupa bahwa dulu namanya pernah menggetarkan sekujur tubuh saat ada yang menyebutnya...



Membersamai lebih dari sekedar jatuh cinta, mengagumi, sekedar tertarik, atau impian yang belum pasti akhir kisahnya...



Sebab membangun, memahami, setia, dan membina dalam cinta itu adalah konsekuensi kebersamaan; membersamainya dalam penantian akhir cerita. Saling memandang putih yang mulai menutupi hitamnya rambut, saling menuntun kedua kaki dan panggul yang rapuh, saling berpegang pada tangan-tangan yang bergetar, saling bersandar pada bahu yang tak lagi sanggup memanggul beban selain kepala yang tertutupi rambut seputih salju...


Hingga salah satu dari kita mungkin akan menggoreskan titik di ujung paragraf cerita, tanda ada yang harus diakhiri atau awal dari sebuah petualangan baru. Entah akhirku dulu dan awal kisah barumu, atau sebaliknya...



Dan sebelum saat itu datang, izinkan aku mencoba merangkumnya dalam catatan singkat ini -- meski kisah penghabisan sisa usia itu pastilah terlalu cepat seribu tahun untuk digambarkan hanya dengan 28 abjad yang tersedia...


Dan dalam catatan panjang -- yang bahkan tak memerlukan 28 abjad yang tersedia-- dalam sujud-sujud panjang yang mampu berputar, berpilin, bertempur di langit, menentukan bagaimana jalan dan akhir kisah yang dituliskan...



***

Teruntuk yang dicinta dan mencinta, semoga alasan utama lisan dan hati menyatakannya, cukup Allah semata...


Teruntuk Mama yang setia membersamai -- meski belum sempat menggenggam jemari Bapak yang menua, merapikan rambutnya yang memutih, menuntun langkahnya yang gemetar, atau memotong kuku-kukunya yang rapuh...


Setidaknya Allah menyayangi Bapak dengan mencegahnya merasakan sulitnya menjadi manula...




1 Ramadhan 1435 H
Ramadhan ketiga tanpanya...


Hermawati Nur Zulaikha Supriyatno

























Comments

Popular Posts