Singkat Saja (3) : Diam


Kadang, orang yang kamu sayang itu yang paling menguji perasaan. Sebab kalau kau hanya sekedar baru bertemu, kemudian kau diludahi, kau cukup bersihkan ludahnya lalu pergi. Sebab kalau kau baru sekali berpapasan, kemudian kau ditampar, kau marah wajar dan selesai sudah. Putus hubungan. Lagipula, orang mana yang baru berpapasan sudah main tampar?

Kalau orang yang kau sayang, saat dia salah, kamu berkewajiban meluruskannya. Saat dia terjatuh, kamu berkeinginan mengulurkan tangan untuk membantunya bangkit. Saat ia membutuhkanmu, kamu pasti menyisihkan waktu untuk sekedar tahu keadaannya. Dan biasanya harimu terenyuh untuk memberikan apa yang ia butuhkan. Saat ia remuk? Kamu tau air mata tidak menyelesaikan masalah, tapi kamu tetap saja menumpahkannya. Ruah karenanya. Berharap linangan itu bisa merekatkannya lagi. Menjadi sosoknya lagi.

Itu 'kan namanya saudara? Tanpa rasa sayang, kita bukan saudara. Hanya orang lewat saja. Tak butuh tau nama. Tak perlu kau benci atau suka.

Makanya maaf. Saat aku kesal padamu, beri aku waktu diam dulu. Sebab yang aku tahu, marahnya orang yang disayang pada kita, itu jauh lebih menyakitkan ketimbang dimarahi oleh guru meski pasti lebih menakutkan. Apalagi saat kau lupa mengerjakan PR. Marahnya orang yang tersayang itu, diamnya saja sudah menakutkan.

Dan aku cukup tahu rasanya, saat aku pernah dimarahi orang-orang yang masuk daftar kusayangi. 

Malam ini singkat saja, aku ingin diam dulu. Aku takut kamu tahu kalau aku sedang kesal padamu. Besok aku janji, in sya Allah akan tersenyum lagi.

***

"Bicaralah, hanya ketika kata-katamu lebih indah daripada diam"
- Arabic Proverb 





Comments

Popular Posts