Politik Cantik

Bismillahirrohmannirrohiim

Aduh deg degan..gimana dong? Mau nulis lagi setelah sekian lama melarikan diri dari dunia blogging. haha
Ga ada yg nungguin gue juga sih, cuma kepedean aja. Barang kali di luar sana ada orang yg senantiasa menanti karya-karya gue buat dibaca, buat dicari maknanya, buat menginspirasi pikiran, ato sekedar hiburan. Berharap bisa bermanfaat walau lebih banyak sampahnya. Eittss!! Sampah juga kan bermanfaat kalo pinter ngolahnya. Kalo kata ustadz Hasyim, "Tidak ada sampah bagi mahasiswa biokimia. Semuanya ada manfaatnya!" 


Eaaaa gagal pokus deui, gagal pokus deui.

Jadi ceritanya, gue lagi sering berkontemplasi belakangan ini. Akhirnya yah, otak gue kepake juga setelah sekian lama gue dihina ga punya otak. *puk puk kepala sendiri*

Gimana ya ngomongnya? Duh jadi galau. Pokoknya jangan geuleuh duluan ama judul di atas deh ya. Gue takut salah bawa nih apa yg mau gue tumpahkan di sini.

Jadi semua kontemplasi ini terjadi karena banyak hal. Pertama, gue mendadak dicelupin di Forum Perempuan IPB -- buat yg belum tau FP IPB itu apa, entar yak dibuatin postingan tentang doi. Di mana gue harus bener-bener berlatih jadi wanita pemimpin *tsaaah* di sana. Yang bikin gue banyak mikir: gimana dulu perasaannya Tjut Njak Dhien yg mimpin perang yak?? Corazon Aquino yg Presiden Filipina, ato yg lagi heboh dan banyak diperbincangkan karena keteladanannya: ibu Tri Rismaharini, wali pilihan kota Surabaya. 

Kedua, bentar lagi ada pemilu a.k.a Pemilihan Umum tgl 9 April 2014 nanti buat milih anggota DPR RI dan Daerah. Dimana mulai lah tahun ini terasa panas bagi mereka yg merasakannya *tsaaaahh. Dan gue bertugas untuk 'memanaskannya' karena gue cinta Indonesia *taelah gaya*

Ketiga, seperti judul postingan ini, gue cantik. Bukan karena kepedean ato sok cantik --karena emang beneran cantik sih.hehe-- tapi karena semua perempuan itu cantik. Mane ade perempuan yg ganteng?? Yg ganteng itu yg jenggotan, perempuan ga ada jenggotnya kecuali ada kelainan hormon. Jadi semua perempuan itu cantik dengan syarat: 1) Menutup aurat & menjalankan syariat; 2) Kuat di manapun ia berada dan dalam banyak artian, namun lembut pada tempat dan sesuai kodratnya; 3) Bermanfaat bagi sesama.

Yang mau gue tulis di sini mungkin udah kebayang tentang apa. Tentang kecantikan gue yang makin semena-mena *pasti pengen nabok gue.haha

Bukan bukan bukan... seperti syarat cantik yg udah gue tulis di atas. Sepertinya gue belum bisa disebut cantik kalo gue belum bisa bermanfaat bagi sesama. Khoirunnas anfa'uhum linnas.

Gue kepikiran ketika usia gue sudah mencapai 21 tahun bulan depan. Usia produktif. Produktif buat ngapain? Ya banyak hal. Produktif mencetak prestasi, produktif menghasilkan karya, produktif beramal shalih(ah), dan produktif menghasilkan keturunan. Nah yang terakhir itu yg mengerikan, sebab persiapannya luar biasa. Masih nyambung ama tulisan gue kali ini.

Nggak bisa dipungkiri, 3 tahun dicelupin suasana politik (walau baru politik kampus, sekedar miniatur negara), terbentuklah mind set dalam kepala gue ini cara pikir seorang (calon) politisi. Sering banget temen-temen cewek di sekeliling gue, even my own beloved mommy, menasehati gue dengan kalimat yg redaksinya kurang lebih sama, "Herma, inget kodrat perempuan." tiap kali gue berkicau ria tentang politik bagi wanita.

Kodrat perempuan? Kodrat yg gimana dulu nih? Kalo yg dimaksud adalah melayani suami, mendidik dan membesarkan anak-anak, oke gue setuju. Bukan setuju lagi malah. Itu cita-cita gue, bisa maksimal dalam menjalani kodrat gue yg satu itu. Tapi kalo yg dimaksud adalah daster, dapur, kasur, sumur sori yeeeww..! 

Hello sisters out there! Kita perempuan ini penting banget buat melek politik, walau nantinya mungkin ga semua jadi anggota DPR. Kenapa? Itu, harga bawang, harga kedelai-tempe-kecap yg kemarin bikin negara gonjang-ganjing, harga sayur-sayuran, minyak goreng kenapa ada yg bening ada yg butek, itu semua diatur sama POLITIK. Katanya perempuan identik sama belanja di pasar terus masak-memasak kan? Gue aja yg belum bisa masak sering dihina "entar suami & anak-anak  lu makan apa Heeerr??" tapi gue sudah sangat sadar bahwa kemampuan dompet emak gue dibanding dengan isi keranjang sepulang beliau dari pasar itu ada politik yg ngatur.

Pelacur-pelacur bertebaran, cabe-cabean muncul ke permukaan, itu semua karena semakin banyaknya orang yg bangga karena nggak ingin mengerti tentang politik. Padahal dirinya sedang dijadikan objek perpolitikan. Memutuskan untuk abstain pada pemilu, padahal tetap tinggal di Indonesia. Mbak-mbak yang manis, itu tuh orang-orang yang mengajukan diri jadi wakil kita di pemerintahan, yg nanti mengajukan diri jadi Presiden Indonesia, ga semuanya orang baik, mbak. Tapi ga semuanya juga orang jahat. Makanya coba atuh diusahakan nyari tau yg baik-baik, terus didukung dengan memilih dan mendoakannya.

Inget lho, mereka yg nanti duduk di kursi pemerintahan itu yg akan mengatur kebijakan-kebijakan, memutar roda perpolitikan bangsa. Kebijakan yg mereka atur dan ambil itu kita yg akan merasakan. Premium udah 6500 dari yg awalnya 4000 meen, masa mau naik lagi? Lama-lama mending minum bensin daripada makan  nasi lauk sayur dan ikan asin dah. Kalo gamau milih nanti jangan protes yah kalo ditindas.

Berhenti juga untuk menggeneralisir! Hanya karena di dunia politik banyak orang jahat, bukan berarti politiknya jahat. Politik itu ilmu, sama kayak biologi, fisika, kimia, dll. Politik ilmu untuk meraih tujuan. Di sana masih ada orang-orang baik yg sadar peran, fungsi, dan tugasnya. Yang masih rela memikirkan nasib anak-anak terlantar walau harus 'menitipkan' anak-anaknya pada Tuhannya semata. Masih ada orang yg rela memikirkan pesakitan yg kesulitan mendapat pengobatan dari rumah sakit, walau ia sendiri harus sakit karena waktunya habis untuk memperjuangkan kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya. Masih ada orang yg bersedia dihujat dan dicaci karena berusaha melindungi hak-hak rakyatnya yang tertindas kawannya yg berhianat. Dukunglah mereka dengan doa dan memilihnya.

Percayalah, duhai wanita. Untuk menjadi istri yg baik, hanya melalui suami yg baik. Untuk menjadi ibu yg baik, hanya melalui anak-anak yg engkau didik. Tak perlu lah menggalau nan risau saat ini dan mengungkung diri dengan banyak latihan memasak dan segala pekerjaan ibu rumah tangga sampai lupa ama tugasnya menjadi mahasiswa(i). Nanti ketika tiba masanya juga pasti bisa. Bukan berarti The Power of Kepepet ya. Emang harus dipersiapkan, tapi ilmunya yg disiapkan. 

Masih banyak hal penting yg perlu dikerjakan sebelum jadi istri dan ibu. Salah satunya memahami politik ini, mumpung muda. Kalopun nanti ga jadi politisi wanita, jadi istrinya politisi bisa kali ya. Mendampingi beliau yg berjalan di jalan politik. Atau....menjadi ibunya pemimpin negeri. Jadi tempat bertanya mereka, jadi tempat konsultasi, jadi tempat mendidik. Pahamilah walau tidak menjadi politisi. Menjadi apapun itu yg berpolitik itu penting.

Intina mah teu kenging hilap kalo harga segala bumbu dapur, ayam potong, beras, pakaian, perhiasan, dan segala rupa itu diatur sama politik. Setiap hari ada yg meninggal karena politik, biaya pendidikan berubah-ubah karena politik, bahkan ada penyakit yg menyebar karena politik. Jadi, jangan bangga ya kalo buta politik!

Semoga Indonesia-ku semakin baik dan selalu Engkau limpahkan rahmat dan karunia-Mu Yaa Alloh..

Aamiin..



*maaf jika tulisan ini nggak jelas*


































Comments

Popular Posts