Sedikit Coretan Saat Santai


Minggu, 18 Desember 2011

Sabtu malamnya saya memutuskan untuk kabur dari asrama karena air asrama mati dan sungguh amat sangat nelangsa hidup ini tanpa air. Ga bisa wudhu, ga bisa mandi, ga bisa nyuci, ga bisa..... emm banyak deh. Air emang esensi kehidupan. But well, it's not the point of this note. *mulai deh ngalor ngidulnya

Awalnya saya tidak ingin pulang karena esok pagi harus mengajar private di Ciomas -- lebih dekat kalau pergi dari IPB ketimbang dari rumah -- kemudian siang harinya ada acara "Semarak Bidik Misi". So, gempor sangat kalo harus bolak balik Cibinong-Ciomas-Dramaga-Cibinong (lagi). Encok deh *ngurut pinggang

Oke, stop ngalur ngidul, mari fokus! Intinya dari notes ini adalah ingin berbagi kesan ttg acara Semarak Bidik Misi kemarin. Penting? Penting ga penting emang lagi greget pengen nulis aja.

Gimana ya mulainya?

Rite,kita mulai dari waktu saya melihat pengumuman lima cerita inspiratif terbaik. Saya sempat melihat potongan-potongan kalimat yang terdapat dalam cerita tersebut. Benar-benar.... jleb!. Kalo ditanya kalimatnya gimana, saya juga lupa *terus ngapain kau pamer, Her?? --"

But I have other sentences, the point is almost the same, but these are my words instead. Kerasa gimanaaaaaa gitu ya kalo mengingat timeline gimana aku masuk ke IPB. Here is the story, begins.

Aku ga pernah nyangka bisa jadi mahasiswi IPB, duduk di GWW saat itu juga sbg penerima beasiswa BM
Sambil nyeleneh sama seorang sahabatku, Joy, kami tertawa mendengar kata2 itu disebutkan dalam pidato pemenang lomba cerita inspiratif. Iya, aku memang tidak pernah menyangka. Bukan makna positif awalnya. Aku memang tidak pernah terpikirkan untuk kuliah di IPB.
Waktu kelas X SMA, aku ingin ketika masuk ke kelas XI masuk ke kelas IPS saja karena aku sudah berencana ingin melanjutkan ke Hubungan Internasional *otak politik*. Tapi bapak melarangku karena beliau ingin aku tetap di IPA. Bapak juga mengingatkan bahwa kalau di IPA itu lebih luas, nantinya bisa ke IPA atau IPS juga. Yowes, karena gamau durhaka, aku nurut aja.

Tapi saat kelas XII, hati makin meronta emang hasrat buat masuk FISIP tidak terkira *halah. Aku bahkan nekat tanpa izin orang tua mendaftarkan diri ke sebuah universitas di Cimahi dan alhamdulillah tembus Departemen Hubungan Internasional di sana. Keinginan IPA juga tetap ada, tapi aku ingin jadi dokter kalau tidak masuk teknik nuklir which means ga mungkin ada di IPB dan cuma ada di Jogja.

Unfortunately, bapak kekeh maunya aku di IPB. Yowes (again) aku manut-manut nurut meski nyesek, yang penting ga kualat, nurut sama orang tua.

Ternyata bapak mau aku di IPB bukan tanpa alasan.

Beliau ingin aku tetap dekat dengan rumah. Bisa pulang, bisa tetap dirawat orang tua -- iya, aku emang brutal parah kalo soal kesehatan -- dan alesannya juga aku gampang sakit, jadi jangan jauh-jauh dari orang tua.

dan alasan lain yang baru kusadari belum lama ini...

Bapak tahu kalau ia akan pergi jauh sekali dan tak akan kembali
jadi, beliau ingin aku bisa tetep jagain keluarga di rumah.

Pernah suatu ketika, sepulang dari mengantarku membeli buku, sambil menyetir motornya, bapak menuturkan cita-citanya atas diriku -- yang sejak kecil bapak tidak pernah bicarakan padaku.

Bapak bilang, "Mbak jadi dosen di IPB aja, terus jadi peneliti di LIPI Bogor kayak orang tuanya temenmu itu lho. Bapak tau, Mbak cita-citanya tinggi. Pengen ga sekedar jadi dosen atau peneliti."

"Emang kenapa harus jadi dosen? IPB lagi. Ah, masa di Bogor melulu? Lagian jadi dosen kan ga gampang, Pak."

"Ya 'kan kalo cita-cita Mbak aja lebih tinggi lagi, masa jadi dosen aja nggak bisa? Bukan ngeremehin juga, cuma bapak pengennya kamu tetep bisa pulang ke rumah meski udah kerja, meski sampe berkeluarga. Bier bisa nemenin mama ama adik2 di rumah. Kan enak bisa pulang terus."

"Tapi kan aku pengen coba hidup di luar kota. Tuh aku udah nurut kuliah di Bogor lagi, padahal pengen di Jogja. Masa kerjanya di Bogor lagi?"

"Ya kenapa? Bogor enak kok. Insya Allah aman. Kan kamu udah hapal situasinya juga."

Ternyata itu ya alasannya. Dan karena acara kemarin, aku kembali menemukan semangat hidupku dan kembali punya tujuan hidup.

Aku ingin melaksanakan amanat bapak, meski awalnya engga, tapi kini kujadikan ia sebagai cita-cita yang harus kuraih.

Tak peduli apa komentar orang tentang impianku, aku harus maju.

Aku ingin menjadi dosen IPB, menjadi seorang peneliti, dan anak sholehah

Alasannya just simple. Melaksanakan amanat orang tua, tetap dekat dengan keluarga, dan berterima kasih pada IPB karena pertolongan Allah kuterima lewat kampus baruku ini.

Bismillah, atas ridho-Nya, kelak impian itu bisa tercapai. Allahumma aamiin. Aku mohon doanya dari semua kawan-kawan :)

Dan doaku juga, semoga semua sahabatku, baik yang datang di acara kemarin atau tidak, semuanya bisa meraih impian dan cita-cita terbaiknya. Aamiin...

Barakallahu fiykum untuk yang telah membaca. Terima kasih mau mendengarkan curhatku.

Wassalammu'alaykum..

Comments

Post a Comment

Popular Posts