Inspirasi di Sepanjang Jalan Baru, Bogor


Bismillahirrahmannirrahim..

*I swear, khawatir banget kalo nanti judulnya ga nyambung ama isi bacaan ini.*

Sesuatu banget yah tadi maksain berangkat kuliah --padahal masih sakit-- gara-gara jadwalnya biologi dan kalkulus yang yah well tanpa penjelasan bapak dosen tak akan sudi aku membaca buku karangan James Stewart yang lebih tebel dari Al-Qur'an itu seorang diri.haha

Di perjalanan sempet aja inget PR-nya bapak tercinta di keluarga baru saya --Kak Ramdan--  untuk mencoba menuangkan pikiran lewat tulisan (meski masih abal-abal) plus janjian sama kak Aldi buat bales-balesan lewat tulisan. Dear kak Ramdan dan kak Aldi, jangan diejek ya setelah membaca tulisan ini.hahahah :D

So, what am I goin' to write?. Tentu saja terkait isu yang menjadi kajian kawan-kawan KP, khususnya kastrat. Isu yang akan saya bahas terkait pendidikan.

Kenapa musti pendidikan? Yah, lagi mau aja, inspirasinya baru nongol di situ *plaaakk*. Bukan bukan bukan --meski sebagian iya-- tapi karena saya sendiri adalah seorang guru (abal-abal) daaaaann... saya tipe orang yang menganggap akademik juga sebagai salah satu jalan untuk melanjutkan kehidupan *ini entah kesambet apa bisa ngomong gini*

Emang ada yah kerjaan sekarang yang ga nanya gelar, titel, prestasi, dan sebagainya? Iya ada, paling wirausaha. Tapi kan ga smeua orang juga bisa berwira usaha. Banyak lapangan pekerjaan butuhnya orang yang berpendidikan. Ya nggak sih? *sotau kau heeerr*

Ah, kebanyakan gaje-nya ini mah. Langsung aja lah ya, daripada empet duluan baca tulisan saya.Anyway sorry yah kalo misalnya gaya tulisan saya nyeleneh, ga formal, dan sebagainya. But this is my own style, tanpa nyuri, tanpa nyontek yah emang aslinya begini.

Here we go :D

**********************
Dimulai dari pukul 15.00 WIB, saya pulang kuliah dan bermaksud langsung menuju rumah sakit untuk berobat, tiba-tiba hujan turun begitu derasnya dan meluluh lantakkan seantero jemuran astri *plaaakk*. Karena lagi asik jalan kaki menuju berlin dan gapunya payung, alhasil ambil jurus langkah seribu dengan terguyur langit yang menangisi jalan IPB yang tak kunjung selesai.

Maaf, mulai ngalor ngidul seperti biasanya.

Inti ceritanya bukan itu. Semuanya terjadi waktu lagi bengong di angkot 32.

Di hadapan saya ada beberapa anak SMA dan SMP yang baru pulang sekolah --entah pulang apa habis main, soalnya lokasi sekolahnya ga di Dramaga-- da berbincang-bincang. Seperti biasa, tiap ada yang berseragam sekolah, mata saya pasti langsung tertuju ke lengan kiri kemejanya untuk melihat dari mana mereka berasal.

Oh itu toh...

Inspirasi untuk menulis note ini pun muncul begitu melihat badge sekolahnya mengatas namakan R-SMA-BI. wew.. Sebagian lagi nggak ada embel-embel RSBI-nya, tapi saya tau, status sekolah itu juga sekolah RSBI.

Udah mulai 'kecolek' ga nih saya mau nulis apa?

Yuppaz! It's about that 'Elite-Elegant-Great-whatever-want-to-be-school' *ditimpuk sendal becek*

Rekan-rekan sekalian pasti sudah tau dong what does RSBI stand for? Rintisan Sekolah Bertarif Internasional. Ups! itu sih plesetannya aja yaa.hhe. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, kali ya? *ragu*

Sebenernya, program RSBI ini memang resmi program yang dibuat pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia dan meningkatkan kualitas SDM agar mampu bersaing di dunia internasional. Tapi tahukah kamu kalo bagi sebagian besar orang di luar sana, 'bisnis' RSBI ini membuat banyak dari mereka kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan di sekolah yang berkualitas. Selain itu, mudharat yang ditimbulkan terlalu banyak jika kita tahu bahwa banyak sekolah lain yang sebenarnya tidak memiliki izin resmi untuk mendirikan RSBI udah seenaknya memasang tarif internasional *ups! no offense.

Oke, terlepas dari sudut pandang bahwa saya pun alumni dari sekolah yang berstatus demikian --oh, apalah arti sebuah nama-- saya punya sedikit pandangan berbeda dari mereka yang mengelu-elukan status demikian.

1. Ada rupa, ada harga
yap! as we know, kalo bawa2 embel2 internasional bikin harganya selangit, sejupiter, se-bima sakti, sejagad lah *ngelantur*. coba deh liat restoran-restran ber-skala internasional. Apa kita masih bisa nemu satu menu yang harganya masih gopean bak gorengan abang-abang pinggir jalan? Ato minimal dua ribuan kayak es kelapa? Ga ada 'kaaaaann... Soo... that's one that I pointed since first I want to share about this!

Beberapa orang di sekitar saya yang anaknya bersekolah di sekolah yang menyandang status RSBI mengeluhkan, "Bayarannya mahal banget, apa-apa duit, apa-apa duit, padahal pelajarannya gitu-gitu aja kayak sekolah biasa." Ada juga yang anaknya tidak jadi masuk sekolah bergengsi padahal tergolong pintar, "Terpaksa anak saya sekolah di tempat yang lain aja, yang penting tetep bisa sekolah. Masa uang masuknya lebih mahal dari uang pangkal kuliah di PTN??"

see?

Sebenarnya yang saya rasakan juga materi yang diberikan tidak jauh berbeda dengan sekolah negeri biasa. Kurikulum juga masih kurikulum nasional. Sesuatu yang berbeda yang saya rasakan, mungkin terjadi di tempat saya (karena setelah saya berbincang dengan teman2 dari RSBI lain) adalah perbedaan text book yang dipakai sebagai sarana penunjang, Standar Kompetensi Belajar Mengajar (SKBM) yang sangat tinggi (78 untuk eksak, 80 untuk kebahasaan, 82 untuk PKN) yang menguntungkan juga sebenarnya, dan fasilitas. Yap! Fasilitas ini yang biasa digunakan sebagai alasan penyedotan biaya yang tergolong besar.

Seorang guru saya sendiri pernah berkata, "Saya bingung kalo misalnya saya ditanya SBI itu gimana? Kurikulum sama aja, bahasa juga jarang pake bahasa Inggris --secara kemampuan guru juga belum memadai, masih dalam tahap belajar. Masa saya harus bilang hanya karena fasilitas seperti di sini (AC, kursi jok, meja belajar bermerek, dispenser, LCD Projector, layar presentasi, Flat Computer, filtered windows, dan nuansa ruangan ala kantoran) saya bilang internasional? Di luar negeri aja ibu pernah nonton, kelasnya masih ada yang pake papan kapur tulis kok. Malu saya teh kalo ditanya SBI kayak gimana. Soalnya konsepnya juga masih ga jelas."

Fufufufu... gurunya sendiri aja ngaku :P

So, gara-gara masalah harga ini, banyak anak-anak yang sebenarnya gemilang prestasinya tidak terlirik sama sekolah elit ini. Tapi, masih ada kok sekolah-sekolah penyandang RSBI yang masih jujur dan transparan dalam pelaksanaan pendidikannya. Menyelenggarakan bantuan juga untuk siswa kurang mampu. Kayak sekolah saya salah satunya *promosi* *ups! no offense

Banyak juga sekolah yang status RSBI-nya banyak yang dijadikan ladang basah buat bisnis. Ga peduli si murid mampu atau tidak, geber aja minta duit.Tanpa tanggung jawab mereka untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya. Dan sekolah yang macam ini beberapa sudah mendapatkan tindakan dari pemerintah *pfiuuuhh

2. ASAL (Asli Apa Palsu)
Guess what! Dari beberapa sumber yang insya Allah diakui kebenarannya ternyata banyak juga sekolah-sekolah yang ketika promosi mereka ngaku-ngaku RSBI ternyata bukan RSBI resmi yang mendapatkan izin asli lho. Tapi udah seenak jidat aje pasang tarif internasional.hahaha

3. Diskriminasi
Ohohohoh, emang iya yah? masih jaman gitu diskriminasi? Harusnya sih engga. Tapi mengingat sifat orang Indonesia yang ga bisa jauh dari mengeksklusifkan diri mereka ketika ada sesuatu yang lebih yaaa ini semua bisa saja terjadi.

Bagaimana dengan sekolah lain yang ternyata memiliki murid gemilang tanpa menyandang gelar RSBI? Terlihat biasa saja dan tergilas oleh nama mentereng RSBI yang belum tentu di dalamnya semua murid mampu membaca diktat non terjemahan. Tapi tenang, semua akan terbukti siapa 'emas' sebenarnya.hohoho

"Sebongkah emas tetaplah emas meskipun ia terkubur lumpur yang pekat sekalipun. Akan ada saatnya ketika hujan menggerus dan menyisihkan lumpur darinya, membiarkan kilaunya terpancar."

Sekolah di mana saja, yang penting ilmu dan niatnya bukan? Memang kita semua menginginkan tempat yang terbaik untuk menimba ilmu. Tapi tempat terbaik bukanlah yang termahal, terelit, atau ter ter ter lainnya lah.

"...belum tentu yang kamu sukai itu baik untukmu, dan belum tentu yang kamu tidak suka itu tidak baik untukmu..." (kutipan terjemahan Q.S. 2: 216 -- maaf lagi ga megang Qur'an ketika menulis ini)

Cheers up buat adik-adikku yang masih sekolah, dimanapun kamu berada! :D

**********

Bahasan yang satu ini sempet saya angkat di forum BSB sih, cuma yah belum dikaji lebih dalam. Entah mengapa tiba-tiba kesambet pengen nulis sesuatu yang jadinya postingan gajelas ini. Maaf nge-spam di tempat teman-teman sekalian *bowwing*

Maaf juga kalo ada yang kesinggung. Tulisan ini murni cuma ingin menumpahkan pikiran saya.

Terima kasih semuanyaaaa :D
Barakallahu fiykum, Wassalammu'alaykum..

Comments

Post a Comment

Popular Posts