Kepada Mahasiswa (yang sedang) Depresi


Silahkan kita sementara menikmati depresi. Disebut dengan Mapres yang umumnya adalah akronim dengan arti Mahasiswa Berprestasi. Tapi kini maknanya bergeser 180 derajat untuk kita. Mahasiswa depresi. 

Diam dan melamun di depan komputer. Menyandarkan kepala yang sudah lelah dan penat di atas tumpukan buku-buku. Minum berliter kopi untuk menghilangkan ngantuk. Atau sekedar terdiam beberapa saat menatap langit-langit kamar.


Kepada mahasiswa depresi...

Tuntutan menyelesaikan skripsi tepat waktu --atau minimal tepat deadline-- sudah cukup memberikan tekanan yang membuatmu susah tidur. Berupaya memejamkan mata, yang berujung hanya memandangi langit-langit kamar di atas kasur. Belum lagi pertanyaan orang-orang yang tidak tau keadaan sebenarnya yang sedang kita alami. Pertanyaan seputar wisuda kapan. Bahkan meski kita wisuda besok, pertanyaan berikutnya pun bermunculan: mau kerja di mana, mau menikah kapan dan adakah calonnya, ah rasanya ingin menyimpan telinga sementara di suatu lemari. Jika orang tua yang bertanya, sensasi sakitnya dilipat berkali-kali.


Di tengah kekalutan kita masing-masing yang sebabnya beragam, kita pasti sering mendapat undangan menghadiri seminar. Hadir di seminar kemudian memberikan selamat dan mohon didoakan. "Nyusul ya," pasti begitu kata teman yang baru saja seminarnya kita hadiri. Keesokan harinya kita mendoakan rekan kita yang lain yang akan melaksanakan sidang akhir. Ponsel pintar berhasil membuat hati dan pikiran kita tidak pintar karena terlalu bermain hati. Baper, alias bawa perasaan kata anak muda jaman sekarang. Unggahan-unggahan foto rekan-rekan yang dulu masuk kampus bersama, hari itu telah mengenakan selempang bertuliskan nama dan gelar barunya. Sedangkan kita, masih saja berkutat dengan draft, revisi yang sudah ke sekian kalinya, atau masalah-masalah lainnya yang berbeda-beda tiap individunya.

Telinga kita menjadi lebih sensitif dengan kata skripsi. Kita berusaha tersenyum meski getir ketika ada rekan, kawan, bahkan adik tingkat yang menggoda dengan kata-kata: "skripsi udah sampe mana bro/sis/kak?" atau "Lo masih betah aja di kampus kak." Padahal mereka tidak tahu kan betapa kita sebenarnya juga tidak menginginkan kondisi demikian. Kondisi-kondisi yang unik karena setiap orang rintangannya pasti berbeda. Pun dengan cara menghadapinya. Positive thinking menghadapi yang seperti ini memang perlu, tapi rasanya sulit ya. Tertawa kecil saja cukup untuk menghibur diri.

Kepada mahasiswa depresi...

Tidak ada yang salah dengan rasa sedih yang sedang kita rasakan. Ketika rekan-rekan seperjuangan mulai berguguran dari status ke-mahasiswa-an. Rekan-rekan yang dahulu masuk dan menjalani ospek di tanggal yang sama. Rekan-rekan yang mungkin dahulu sama-sama begadang mengerjakan laporan dan tugas-tugas bersama. Wajar jika kita merasa sedih karena ditinggal. Karena pada faktanya manusia memang selalu sedih jika merasa ditinggalkan. 

Mungkin yang kita perlukan saat ini adalah duduk di tepi danau sendirian. Tapi hati-hati jangan sampai kerasukan. Cukup merenung atau menangis seorang diri jika mau. Tapi setelah itu, jangan lupa bahagia.

Temui teman yang (tampak) bernasib sama. Jika kamu perempuan, salinglah berbagi cerita. Teman perempuan memang paling jago menenangkan. Jika kamu laki-laki, hilangkan sementara gengsi ingin mengeluh hanya karena harga diri. Bukankah manusia memang diciptakan dengan sifat keluh kesah? Berceritalah. Lantas saling menepuk bahu atau berpelukan. Tapi setelah itu, jangan lupa untuk kembali menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan.

Dan jangan pernah lupa untuk berbahagia. Hati kita berhak merasakannya.

Kepada mahasiswa depresi...

Orang-orang tidak ada yang peduli dengan bagaimana kamu berkorban. Mereka hanya peduli pada hasil yang kamu lihat. Termasuk kita sendiri. Kita sering lupa bahwa bisa jadi teman yang sudah lulus lebih dulu telah mengalami serangkaian derita yang kita tidak pernah bisa bayangkan jika itu terjadi pada kita. Kita hanya melihat sisi bahagia yang telah ia dapatkan. Ada kebahagiaan yang harus diambil dan ditukar dengan kebahagiaan yang lebih besar. 

Anggap saja, sulitmu saat ini adalah cara Tuhan menebuskan kemudahan bagimu di pasca kampus nanti. Bisa saja kan?

Karena sebenarnya ada banyak sekali hal yang harus kita pertanggungjawabkan seusai kelulusan. Ilmu yang telah kita pelajari, gelar yang tersemat diujung nama, cara kita memperjuangkan hidup selama di kampus. Mungkin Tuhan ingin kita benar-benar matang ketika lepas dari status mahasiswa kelak.

Dan jangan pernah lupa untuk berbahagia. Hati kita berhak merasakannya.

Kepada mahasiswa depresi...

Mungkin kata-kata ini hanya sekedar menghibur. Tapi bukankah kita memang sedang butuh dihibur?

Percayalah, urusan duniawi ini akan segera berlalu. Masih ingat sensasi perjuangan saat SMA dulu? Belajar mati-matian untuk Ujian Nasional. Pergi bimbingan belajar atau belajar berkelompok dengan teman siang malam untuk ikut seleksi perguruan tinggi yang kita inginkan. Maka, ujian perkara skripsi ini hanyalah kenaikan tingkat dari UN dan sekedar SNMPTN.

Tetaplah berjuang dengan santun dan jujur. Tetap menolong rekan-rekan lain tanpa lupa menolong diri sendiri. Bukankah pertolongan Tuhan kadang datang melalui tangan-tangan orang-orang terdekat kita?

Sebab skripsi yang baik, adalah yang mampu menjadikan kita semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab manusia cenderung semakin dekat dengan Tuhannya ketika ia berada dalam posisi tersulit. 

Dan jangan pernah lupa untuk berbahagia. Hati kita berhak merasakannya.

Kepada mahasiswa depresi..

Hari ini mungkin kita depresi sebenarnya karena kita membandingkan diri dengan capaian-capaian dan prestasi orang lain. Kita terlalu menggantungkan standar terhadap diri orang lain. Bukankah masing-masing dari kita telah ditakdirkan dengan takdirnya masing-masing? 

Jahatnya, lulus lebih dulu bukan berarti sukses lebih dulu. Dan urusan siapa yang lebih dulu, sebenarnya tidak berarti bagi masing-masing kita satu sama lain. Karena kita akan menjalani hidup kita masing-masing. Tuhan jauh lebih tahu apa saja yang dibutuhkan hamba-hamba-Nya. Marilah kita menjadi sebaik-baiknya hamba yang pantas bagi takdir-takdir terbaik dari-Nya.

Maka jangan pernah lupa untuk berbahagia. Hati kita berhak merasakannya.

Kepada mahasiswa depresi..

Jika sudah selesai berkeluh kesah, mari kita selesaikan apa yang harus diselesaikan. Mengejar apa yang sudah tertinggal. Dunia memerlukan kita dengan kondisi dan prestasi terbaik. Dan Tuhan, tidak pernah bermain-main ketika memutuskan menakdirkan kita (pernah) menyandang status mahasiswa.

Maka, tidak akan pernah ada usahamu yang sia-sia. :)

*****

Bogor, 23 Agustus 2015
ditulis dalam kondisi depresi
sampai akhirnya berhasil tersenyum kembali

semoga tetap bermanfaat. 
Semoga Allah selalu membimbing langkah-langkah kita
di manapun berada :)
















Comments

  1. That's a reason why i love you before i meet you
    Thanks for inspire me Her :))
    Keep fighting

    ReplyDelete
    Replies
    1. buanyaaak beneeer komennyeee..haha
      iya sama2 cyiiinn.. I love you too, insyaallah :*

      semangat juga buat kamu yaah

      Delete
  2. That's a reason why i love you before i meet you
    Thanks for inspire me Her :))
    Keep fighting

    ReplyDelete
  3. That's a reason why i love you before i meet you
    Thanks for inspire me Her :))
    Keep fighting

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts