Kembalikan Esensi Pemira

Judulnya kayak yang sok iyeh banget gitu ya. Berasa keren deh nulis nulis tentang Pemira. Aku mah apa atuh, cuma rakyat jelita yang senang memperhatikan. Memperhatikan kamu. Iya kamu *ngomong sama baliho kampanye*

Oke beginilah diriku yang masih polos dan suci ini kalo mau bicara masalah yang sakral. Hal yang biasanya dibicarakan hanya oleh dewa-dewa langit kampus tempatku meratapi soal-soal UTS sepekan lalu. Aku mah apa atuh (lagi), cuma mahasiswa tingkat akhir (MTA) yang lagi dikejar-kejar dosen karena revisian tak kunjung usai, malah nyempetin nulis beginian. Maaf mulai ngalor ngidul. Grogi duluan sih, secara bahasannya lagi yang panas-panasnya gitu deh di kampus. Ngomongin pemira enaknya sambil kipasan dan makan semangka dingin nih kayaknya.

Gagal fokus. Lebih baik dari gagal move on, karena move on lebih susah dari kembali fokus.

Kembalikan esensi Pemira. Entah mengapa tiba-tiba terpikir untuk membuat sebuah tulisan tentang hal ini. Karena kalo hanya bicara yang dengar hanya yang telinganya di sekitar mulut yang lagi bicara. Terus nyebar sebagai gosip yang redaksinya pasti berubah sesuai keinginan atau sesuai ingatan. Kalo tulisan, everyone can access it every time in the real form. Kalo mau baca itu juga. By the way, ini tulisan nemu judulnya dulu baru isinya lho *penting banget gitu.haha

Kembalikan esensi Pemira. Emang esensinya sudah tiada?

Sebelum bicara soal kembalikan esensi pemira, sebelumnya ada pertanyaan yang bisa kita pertanyakan pada diri kita sendiri. Sudahkah kita mengerti esensinya apa?

Setiap kampus dengan lembaga kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa pasti menjalani apa yang kita mahasiswa IPB sebut Pemilihan Raya (Pemira). Terlepas dari hak setiap yang menjalankan untuk menamainya apa. Objek yang dipilihnya pun sama, ketua BEM Universitas atau bahasa gayanya mah Presiden Mahasiswa *sumpah gaya abis ini nama.haha

Apa sih tujuan diadakannya Pemira? Apa esensi sesungguhnya?

Jika pertanyaan ini diajukan pada mahasiswa, sebagian besar pasti menjawab 'untuk memilih Presiden Mahasiswa'. Just it? Lantas jika ditanya kembali, apa sih fungsi Presiden Mahasiswa sebenarnya? Well, saya tidak berkapasitas untuk menjawab hal itu. Calon presiden mahasiswa seharusnya lebih pantas dan berkapasitas untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Sudah adakah mahasiswa (khususnya IPB) yang bertanya langsung perihal hal ini (minimalnya) pada Afif-Dadan maupun Abdul-Winni sebagai capresma dan cawapresma KM IPB 2015? Mereka mudah ditemui di kampus kok. Mudah juga untuk dihubungi. Eh buat apa ada timses ya kalo mereka harus ribet sendiri. Kan udah ada akun-akun sosmed yang diurus timsesnya.haha

Adakah? Kalau ada alhamdulillah, kalau nggak ada... ya berarti benar bahwa kemungkinan besar esensi diadakannya Pemira tidak berjalan sepenuhnya atau ada esensi yang hilang.

Ini pure menurut pikiran saya yang seorang bukan apa-apa, seorang gadis polos yang masih sangat unyu --ceuk urang sunda mah 'pikageleuheun'-- yang terjebak nostalgia perpolitikan kampus --uweeeewww. Jadi kalo ada yang menyebalkan atau melenceng dari tulisan ini ya monggo samperin aja saya-nya, ga perlu melibatkan institusi atau lembaga di mana saya berusaha bermanfaat sekarang ini. Masih berkeliaran di kampus sebagai MTA kok, belum jadi pejabat --gamau juga sih.

Salah satu esensi diadakannya Pemira (baik KM maupun Fakultas) adalah menghilangkan apatisme mahasiswa. Selama ini yang saya rasakan, mayoritas mahasiswa masih banyak yang apatis. Kurang aware atau bahasa Jermannya mah kurang engeh gitu sama isu-isu yang beredar baik di kampus, masyarakat, regional, nasional, apalagi internasional. Terlepas dari hal ini juga merupakan tanggung jawab setiap individu untuk peduli pada sekitarnya, ini juga merupakan tanggung jawab mereka yang 'lebih paham' untuk memahamkan rekanl-rekan mahasiswa yang kurang engeh atau aware ini --duh ngomong aja masih belepotan udah gaya ngomongin Pemira.

Berapa banyak mahasiswa yang datang saat ada calon yang berkampanye di beberapa spot kampus? Berapa banyak mahasiswa yang sudah tahu tanggal berapa akan diadakannya Pemira? Berapa banyak mahasiswa yang datang ke debat-debat calon yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Raya? Empat kali saya datang ke debat yang diagendakan, saya hanya melihat tim sukses dan simpatisan saja yang notabene-nya sudah punya pilihan. Debat yang fungsi awalnya adalah untuk menunjukkan pemikiran-pemikiran dan gagasan para calon yang harus diketahui mahasiswa untuk menentukan pilihan, justru tidak sampai tujuannya.

Lantas, apa fungsinya kampanye yang menghabiskan banyak waktu, tenaga, pikiran, perasaan, dan tentunya uang yang tak sedikit kalau tak ada efek yang signifikan? Memang, indikator keberhasilannya tidak hanya itu, tapi jumlah mahasiswa umum non tim sukses atau simpatisan yang hadir merupakan indikator bahwa mahasiswa masih aware dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

Jadi inget, bahwa tidak ada kepatuhan tanpa pemahaman. Tidak ada kepedulian tanpa kesadaran. Dan tidak ada kesadaran tanpa pengetahuan. Tidak ada pengetahuan jua tanpa kepedulian. Siklus.

Kalau begitu, tingkat apatisme di kalangan mahasiswa masih tinggi. Bisa jadi saat pemilihan nanti, yang mereka pilih adalah hasil asal-asalan atau hasil dipengaruhi (siapapun, mau timses, simpatisan, atau haters sekalian) tanpa mereka tahu track record, kapasitas dan cita-cita yang dibawa oleh para calon. Kenapa tidak DPM saja yang memilih Presiden Mahasiswa? Kan DPM jelas dari nama saja Dewan Perwakilan Mahasiswa. Tindakan-tindakan dan kebijakan yang diambil merupakan representasi keinginan mahasiswa bukan? Aduh aku mah apa atuh, ga paham apa-apa.huhuhu maafkan... *mulai nangis

Tapi kalo DPM yang memilih, berasa bikin isu tandingan sama negara ya. Itu lho yang katanya kepala daerah nanti akan dipilih oleh DPR. Aduh aku mah apa atuh, ga paham apa-apa.huhuhu maafkan... *nangis lagi

Satu esensi bisa jadi memang benar telah hilang fungsi.

Esensi berikutnya adalah menanamkan jiwa berpolitik kepada mahasiswa. Mahasiswa yang nggak apatis pasti paham betul bahwa penting bagi kita untuk memahami apa itu politik. Ga usah lah ya dijabarkan lagi di sini, entar saya bisa didemo. Kebanyakan mereka yang mengatakan bahwa politik itu busuk, kotor, najis, dsb justru adalah mereka yang tidak paham bahwa nasi bungkus yang dia beli buat makan malam (karena mahasiswa ga pernah sarapan serta makan siang biasanya di kampus dan ga perlu dibungkus), yang gorengannya digoreng pake minyak ratusan kali pakai, yang lauknya kadang ga ditutup dan terpapar debu sampe laler ijo, itu semua harganya diatur oleh politik.

Dikarenakan tidak semua manusia apalagi mahasiswa bersedia nyemplung ke ranah politik, maka salah satu esensi diadakannya Pemira ini adalah agar mahasiswa minimal menyadari bahwa beginilah politik minimal di tataran kampus. Ada intrik-intrik dan strategi tertentu yang harus dilancarkan untuk meraih tujuan, melibatkan seluruh mahasiswa dalam simulasi kenegaraan untuk ambil bagian dalam demokrasi misalnya. Agar mereka yang sudah sadar akan pentingnya berpolitik mampu melakukan pencerdasan pada mereka yang belum paham. Dan yaa ujungnya seperti kembali ke poin pertama tadi : mengurangi tingkat apatisme mahasiswa.

Jika esensi yang satu ini berjalan, seharusnya tidak ada lagi pendapat-pendapat yang keluar tentang tidak inginnya ikut memilih pasangan capresma-cawapresma pada tanggal 13 November 2014 nanti. Atau pendapat-pendapat yang menyatakan Presiden Mahasiswa tidak penting untuk ada, atau masih bingung memilih calon yang mana karena merasa tidak tahu background atau apapun yang dibawa oleh calon-calon tersebut padahal mereka sudah susah-payah menjalankan kampanye dan propaganda di berbagai media. Dan yang paling penting, mereka paham siapa calon yang dipilih bukan karena pertimbangan nggak logis semisal calonnya ganteng atau cantik, atau sekedar "kata si A pilih ini aja, yaudah ngikut aja."

Evaluasi dari Pemira-pemira sebelumnya, bagaimana kah? :D

Esensi berikutnya adalah 'resahnya' para mahasiswa non timses atau simpatisan (mahasiswa umum). Resah akan apa yang sebenarnya terjadi selama masa-masa menuju Pemira. Ikut resah akan isu-isu yang terjadi di kampus dan sekitarnya yang dijanjikan akan diselesaikan apabila salah satu pasangan capresma-cawapresma kelak terpilih sebagai Presiden Mahasiswa berikutnya. Maka berangkat dari keresahan lah seseorang bisa menjadi kritis, dan jiwa kritis jelas menggeser apatis. Jika apatisme telah hilang --atau minimal berkurang-- maka jiwa politik mudah untuk ditanamkan.

Jika selama ini hanya 'orang-orang lama' yang resah kemudian tergerak, maka sayang sekali pendapat saya mengatakan bahwa esensi Pemira yang satu ini (lagi-lagi) bisa dibilang tidak berfungsi. Dan memang selama ini yang resah dan rusuh sendiri mayoritas hanya tim sukses dan simpatisan pengusung pasangan calon. Mahasiswa umum yang tidak terlibat langsung dalam proses Pemilihan Raya adem ayem saja. Nggak percaya? Nggak papa sih, musyrik juga entar kalo percaya ama saya mah. Silahkan turun langsung dan coba survey kecil-kecilan aja yah.mehehehe

Bahkan pasangan calon yang maju memang 'orang-orang lama' yang sudah kritis dari sananya dan resah sejak awal bergabung dengan perpolitikan kampus. Kadang saya berpikir, akankah ada seseorang 'baru' yang namanya jarang atau bahkan tidak terdengar gaungnya di kampus tiba-tiba berani mengajukan diri sebagai capresma-cawapresma dengan timnya yang oke punya. Jadi seolah mereka selama ini diam dalam keresahannya, namun diam-diam bergerak dan menyusun strategi dan mengumpulkan amunisi untuk dilancarkan pada masanya. Cihuuuuuuuuyy :3

Kalo saya mah masih resah gundah gulana karena badai menghadang revisian *nangis guling-guling depan komdik departemen. Maaf mulai ga penting.

Jangan sampai 'rusuh-rusuh' yang terjadi hanya berputar-putar di masalah 'kiri' atau 'kanan'. Duh, hari gini udah ga jaman saling melabel kanan kiri atau saling menjatuhkan. Atau simpatisan yang ada jatuhnya hanya ikut-ikutan karena kurangnya pencerdasan ini. Come on guys! Cobalah lebih terbuka dan kritis. Kiri itu indikatornya apa, kanan itu indikatornya apa. Saya rasa nggak ada yang mencalonkan diri jadi presma tapi dengan niat menghancurkan kampus. Oh men.

Jadi gimana menurutmu? Apakah esensi Pemira saat ini sudah berjalan sebagaimana mestinya?

Jadi kita harus ngapain nih? Semoga ga telat lah ya menyampaikan solusi yang masih bisa dipikirkan oleh dengkul otak saya yang polos ini. Mumpung masih masa kampanye --besok terakhir loch.

Terinspirasi dari jaman kampanye Presiden RI Joko Widodo yang punya Relawan Jokowi-JK. Mungkin nggak sih Komisi Pemilihan Raya (KPR) untuk punya relawan juga? Mungkin namanya bukan relawan, tapi sejenis sekelompok orang yang membantu kerja KPR. Evaluasi dari saya sih KPR kurang mem-blow up isu Pemira ini di kampus. Hanya tim sukses yang sibuk menyuarakan tentang calonnya, bukan Pemira-nya. Wajar, memang bukan tupoksinya timses sih.

Karena KPR tugasnya banyak namun orangnya sedikit (biasalah, namanya juga perjuangan *tsaaaahh) jika memungkinkan, tiap fakultas ada orang KPR KM (bukan KPRW ya) yang akan membantu mencerdaskan di tiap kelas di masing-masing fakultas. Bagaimanapun bentuknya, yang penting sosialisasi tentang Pemira ini gencar di kelas-kelas. Manfaatkan forum-forum yang ada di IPB semisal Forum Komti yang terlibat langsung dengan kelas.

Pencerdasan yang bisa dilakukan berkaitan tentang Pemilihan Raya, pentingnya memahami track record para capresma-cawapresma sebelum memilih, pentingnya untuk memilih Presiden Mahasiswa, tanggal-tanggal penting berkaitan dengan Pemira, hal-hal penting yang perlu dipahami, dsb yang perlu diketahui mahasiswa umum yang selama ini sering missed.

Saya paham betul KPR pasti capek banget ngurusin ini itu, belum lagi masih harus membagi hati dengan amanah utama di kampus terkait akademik, tapi jangan sampai lelahnya itu tidak dirasakan langsung manfaatnya oleh mahasiswa umum yang tidak mendapatkan haknya untuk dicerdaskan.

KPR jangan marah atuh yaaa kalo saya nulis beginian *sungkem*

Kalo untuk pasangan calon so far timsesnya --catet ya Tim Sukses-nya, bukan calonnya langsung-- udah keren dan emang setiap tahun selalu melakukan hal-hal kreatif untuk 'menjual' calon yang diusung.

Dan ini juga untuk kita sebagai mahasiswa umum. Coba lebih aware lagi dengan sekitar. Kepo is important you know! Kepo itu tanda perhatian.uehehehe
Yang udah paham yuk mari kita bantu KPR --sebenernya membantu IPB sih-- untuk sama-sama mencerdaskan dan memahamkan teman-teman kita serta menghidupkan kembali esensi Pemira.

Udah ah, segini aja tulisan dari saya terkait Pemira. Serius ini mah karena emang peduli cuma baru kepikiran salah satu cara menunjukkan kepedulian saya ya lewat tulisan ini --yang ditulis di tengah-tengah auman revisi

Mohon maaf atas segala kekurangan yang muncul dalam tulisan ini, atas kata-kata yang mungkin menyakiti, mohon maaf lahir bathin ya. Yuk sama-sama wujudkan KM IPB yang jauh lebih peduli dengan sekitar! :)

Salam Perjuangan, Hidup Mahasiswa!
____
Bogor, 7 November 2014

Comments

Popular Posts