Episode 21 : Pada Yang Di Seberang Sana

Malam ini aku tak ingin tidur. Aku bahkan sudah lupa rasanya bagaimana tidur nyenyak itu. Peduli nian aku pada kata mereka tentang aku yang tertidur di kelas. Mereka hanya tidak tahu, cuma saat itu lah aku bisa tertidur.

Malam ini aku kesal. Kesal se-kesal kesalnya. Pada kamu yang sedari dulu tak berubah. Pada kamu yang sejak dulu selalu menimbulkan masalah. Pada kamu yang sudah kubilang jangan menggoreskan luka di segumpal daging perasa dalam dada manusia.


Apa yang salah denganmu? Mengapa kamu sering tak bisa jujur? Kau tahu 'kan Rasulullah melarang kita berbohong bahkan meski hanya bercanda. Kenapa tak bisa kau hibur saja hati orang-orang itu dengan cinta yang sebenarnya tertanam dalam dadamu?

Kamu malu? Kamu malu jika cinta itu terkata dan terungkapkan? Astaga, padahal kamu kan sangat tahu petuah idolamu itu "Barang siapa mencintai saudaranya, maka hendaklah ia memberitahukannya" Mengapa masih saja kau tahan-tahan?

Ah, benar. Kamu itu seringkali terkunci gengsi. Kamu masih sering kalah dengan harga diri. Kamu masih terlalu sering terjebak dalam pikiranmu sendiri.

Mau sampai kapan??

Sampai kapan mau kau tahan? Sampai kapan akan kau pendam? Sampai dia atau kau yang lebih dulu mati? Mau kau biarkan, cinta itu terkubur bersama jasadmu yang tiada berguna lagi jika sudah tertimbun tanah? Mau kau hilangkan saja cerita tentang cinta dalam persaudaraan itu, seperti hujan mengikis pasir?

Ayolah. Kita tidak pernah tahu kata-kata mana yang pernah kau ucapkan yang bisa mengubah seseorang. Kita tidak pernah tahu dari mana arah hidayah datang. Kita juga tidak pernah tahu, suara yang kapan kau keluarkan yg bisa menepis nestapa seseorang.

Meski di sisi lain, kita juga tidak pernah tahu, pedang mana yang bisa menyayat kalbu seseorang. Tapi apakah dengan begitu, akan kau biarkan saja, yang keluar darinya hanya yang tak bermanfaat? Hanya hal yang tak pantas orang ingat dan kenang? Padahal kau sangat tahu, hati dan otak mereka itu bukan 'tempat sampah'!

Aku marah pada kamu. Yang di seberang sana. Yang masih menatap ke dalam mataku dari dunia yang berbeda. Yang terus mengikuti ucapanku, apapun itu dari dalam cermin sana.

Ingat ya, bibirmu itu bertanggung jawab atas semuanya! Mulai sekarang, ia harus seirama dengan kata hatimu. Berhentilah berdalih bahwa kau senang mengganggu jika kau menyayangi saudaramu. Katakan saja bahwa kau mencintainya.

Berhentilah menggunakannya untuk mengeluh. Ia pantas untuk mengucap doa. Doa yang akan bertempur dengan takdir di langit sana. Doa yang akan mengubah segalanya.

Berhentilah sejenak menggunakannya. Mungkin ia lelah berbuih-buih menghasilkan sampah. Diamlah sejenak. Dan biarkan hatimu yang bergantian bicara. Agar ia bisa bekerja sama, melantunkan kekata yang bisa menyentuh jiwa. Jiwamu, juga jiwa mereka..

Yaa Robb, jagalah bibir dan mulut ini dari mengucap hal-hal yang tiada bermanfaat...

Episode 21, kisah yang ditorehkan harus berbeda. Semakin indah dari 20 episode sebelumnya..

Comments

  1. Wuahhh... herma ini kece. Aku suka. Kapan2 aku baca lagi ahhh... masih jetlag abis ngajar anak SD

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts