Tentang Cinta Pertama #1

"You first love isn't always the first person you kiss or the first person you date.
Your first love is the person you will always compare everyone to.
The person that you will never truly get over,
even when you've convinced yourself you've moved on."
-Somewhere over the internet.

----------
Katanya, laki-laki akan senang sekali jika mereka mengetahui bahwa mereka adalah cinta pertama seorang gadis. Beberapa dari mereka juga dengan bangganya terus mengingat tentang cinta pertama mereka. Tidak ada yang tau definisi yang sebenarnya dari cinta pertama. Semua yang melibatkan perasaan, tidak ada yang pasti bukan? Maka malam ini aku berselancar, mencoba mencari definisi dari cinta yang pertama yang paling tepat. Setidaknya tepat menurutku, seseorang yang perlu diyakinkan dengan penjelasan yang masuk akal. 

Lantas aku menemukan kutipan di atas. Ditulis di beberapa situs tanpa menyebutkan siapa penulis pertamanya. Siapapun dia di sana, aku berterima kasih atas sususan katanya. Susunan kata yang menurutku paling tepat menggambarkan tentang cinta pertama. 

Tentang seseorang yang baru kusadari, aku mencintainya pertama kali. 

Ternyata ia bukan teman laki-laki di SMP yang menyatakan perasaannya lewat kakaknya. Atau temannya temanku yang berusaha keras untuk menyukai pelajaran biologi untuk membuatku terkesan kepadanya. Apakah ia seorang kakak kelas di SMA yang membuatku malu dan lari bersembunyi jika kulihat ia akan melewati koridor tempatku berjalan menuju masjid sekolah? Kurasa bukan juga seorang teman di kampus yang rajin mengingatkanku untuk menjaga ibadah. 

Bukan mereka semua, bukan salah satu di antara mereka. 

Laki-laki yang kucintai pertama kali itu membiarkanku jatuh dan terluka saat bersepeda. Aku menangis, ia malah tertawa. Ia menemani dan mengajariku bermain bulu tangkis untuk kali pertama. Ia laki-laki yang serba bisa segala rupa olahraga. Karenanya juga aku cukup mahir berenang, yang aku baru tahu ternyata adalah salah satu sunnah. Matematika? Jangan tanya. Ia ahlinya. Aku juga mampu memperbaiki beberapa peralatan elektronik, selama masalahnya tidak terlalu parah. Dari siapa lagi aku belajar jika bukan darinya.

Kupikir cinta pertamaku adalah kakak kelasku di SMA, yang tiba-tiba dua tahun lalu mengajak beribadah bersama sepanjang sisa usia. Sayangnya, perasaan itu hanya cinta monyet seorang remaja yang pudar bersama bertambahnya usia. Setelah kakak itu, aku terus membandingkan orang-orang yang kukagumi dengan laki-laki istimewa itu: si cinta pertama. Dan pembandingan itu menghasilkan satu simpulan sekaligus pertanyaan: apakah di masa ini masih ada laki-laki seperti cinta pertamaku? 

Kupikir aku telat menyadarinya, bahwa ia adalah benar cinta pertamaku. Andai aku tahu...aku mungkin akan...

"Kalau sudah tiada, baru terasa. Bahwa kehadirannya sungguh berharga." tiba-tiba terngiang lirik lagu itu di dalam kepalaku. Dinyanyikan oleh Bang Rhoma, penyanyi favoritnya. 

----------
Apakah ia tahu, kurang dari dua bulan lagi usiaku beranjak naik. Dan dalam angka sebesar itu, sekalipun aku tidak pernah berkencan. Well, bahasa umumnya pacaran. 

Kuharap ia bangga padaku karena aku masih dan akan terus menjalankan pesannya, insyaallah. Ia melarangku berpacaran karena ia menganggap semua laki-laki brengsek, kecuali dirinya. Kurasa semua laki-laki akan berpikir seperti dirinya saat mereka merasakan punya anak perempuan. Ia tidak salah, ia hanya ingin menjalankan tugasnya untuk menjaga dan mencintai hartanya yang berharga: seorang anak perempuan yang dititipankan Tuhan kepadanya, hampir 26 tahun yang lalu.  

Aku ingat perkataan seorang dosen di mata kuliah psikologi anak. "Memasuki usia 2 tahun, seorang anak akan menganggap orangtua yang berjenis kelamin sama dengannya sebagai 'pesaingnya'. Pesaing bagaimana? Pesaing untuk mendapatkan perhatian orangtua yang berbeda jenis kelamin dengannya. 

Misalnya anak perempuan, dia akan menganggap ibunya sebagai 'saingan' dalam mendapatkan perhatian ayahnya. Pada tahap ini, ia akan berusaha meniru bagaimana ibunya 'bertindak dan bersikap' atau 'memberikan perhatian' pada ayahnya. Dengan harapan, ia juga bisa mendapatkan perhatian ayahnya. Maka, seorang anak perempuan yang terpenuhi kebutuhan akan perhatian dari ayahnya, saat remaja tidak akan mencari perhatian dari laki-laki lain. Misalnya dengan berpacaran."

Kini aku mengerti mengapa aku tidak pernah tertarik untuk memiliki 'hubungan istimewa' dengan teman laki-lakiku. Ternyata karena aku 'sangat puas' dengan perhatian dari cinta pertamaku. Atau saat aku sudah berusia dewasa, tanpa sadar aku terus membandingkan setiap laki-laki yang menghampiriku dengannya: cinta pertamaku. 

----------
Kurasa, semua laki-laki perlu belajar untuk menjadi seorang cinta pertama setiap anak gadisnya bila ingin Tuhan jaga mereka, meski kalian tidak lagi bisa menjaganya dengan kedua tanganmu. 

Mama, terima kasih tak teerhingga karena sudah memilih laki-laki terbaik itu untuk menjadi cinta pertamaku. Semoga surga-Nya yang abadi menjadi tempatmu kembali dipersatukan dengannya kelak. Aamiin yaa mujibassailiin. 

----------
Bagaimana? Apa kamu mau tau bagaimana ayahku menjadi cinta pertamaku? Siapa tahu, kelak kamu yang akan menjadi cinta pertama anak-anak gadismu. Semoga di masa itu, kamu mampu. 

Seorang ayah mendorong stroller sambil mengajak anaknya berbicara.
Sejak mereka lewat di depanku sepulang kuliah, aku terus merindukan ayah



Ditulis dengan backsound lagu lawas,
First Love oleh Nikka Costa

Venlo, 20 Januari 2019

"Selamat ulang tahun ke 55, Pak.
Meski usia Bapak telah resmi ditutup 7 tahun yang lalu,
Buatku Bapak selalu ada dan bertambah usia.
Karena cintanya mengalir dalam tubuh yang terus dilindunginya,
hingga akhir usianya."


Comments

Post a Comment

Popular Posts