Istri Presiden


"Tapi kakak nanti saat pulang kuliah sudah usia 29 tahun, Ma." Seorang kakakku menelepon, bercerita tentang kebingungannya.

Salah satu kekhawatiran sebagian besar perempuan adalah 'belum menikah hingga usia (terbilang cukup) tua'. Sampai seringkali bingung memutuskan bagaimana seharusnya masa depannya karena pertimbangan hal ini.

Ada terlalu banyak orang yang ingin menikah di awal usia 20an, namun jodohnya baru tiba saat usianya kepala tiga. Ada yang berencana mengejar karir hingga usia dua puluh tujuh, ternyata Tuhan tetapkan ia menikah di dua puluh satu. 
Ada yang berdoa dan berikhtiar sedemikian rupa, tapi sementara kesabarannya masih terus diuji. Ada yang tidak menjadikannya prioritas dalam waktu dekat, ternyata harus menjadi prioritas utama segera. 
Ada yang menyimpan dalam-dalam perasaan, dan berujung harus rela melepaskan. Ada yang tak pernah peduli, nyatanya se-visi dan se-misi.

Apakah ada jaminan, bila memutuskan menghentikan perjuangan meraih impian, akan membuatmu menikah hari ini? Atau minggu depan, atau tahun depan? Apakah ada jaminan, usia dua sembilan yang dikhawatirkan, akan benar-benar mampu terlewatkan?

Nyatanya, jodoh dan kematian masih dan akan selalu bertarung tentang siapa yang akan tiba lebih dulu.

"Kenapa SBY bisa jadi Presiden?" Tanya ibuku sambil mengaduk ayam dalam penggorengan. Aku tidak benar-benar memikirkan jawabannya.

"Karena beliau beristrikan Ani Yudhoyono. Bukan Mama. Kalau nikahnya sama (perempuan kayak) Mama, Mama nggak sanggup mendukung beliau jadi presiden. Pun Mama nggak bisa ngikutin langkahnya beliau, andai memang 'hanya' karena takdir-lah beliau jadi presiden."

"Jodoh itu yang sesuai kok sama bibit, bebet, dan bobot masing-masing. Bier sanggup saling dukung. Bier bisa jalan dan lari bareng. Bier enak dan nyambung kalo ngobrol. Udah begitu sunnatullah-nya."

"Percaya. Perempuan hebat, sebenarnya sedang Allah persiapkan untuk menghebatkan calon laki-laki yang sangat hebat. Baik itu suaminya, maupun anak-anaknya. Jangan berhenti sekarang. Enjoy aja. Takdir kan di tangan Allah, bukan di mulut orang."

Benar juga ya. Allah lebih tau yang terbaik buat hamba-Nya. Hamba-Nya aja yang sering sok tau dan nggak sabaran.

Untuk sesuatu yang pasti, tak ada yang perlu diragukan lagi.

Bogor, 16 Ramadhan 1438 H || 
© Herma Zulaikha

Comments

Popular Posts