Tanpa Alasan


Jika alasannya adalah 'bantuan' finansial, aku rasa aku tak membutuhkannya. Kenapa pula aku ingin bergantung pada seseorang ketika Tuhan memilihku menjadi tempat keluargaku memenuhi kebutuhan finansialnya.

Jika alasannya tentang wanita butuh perlindungan, secara fisik aku kuat dan tidak menarik untuk 'diganggu'. Mereka bilang aku terlalu garang. Laki-laki mana yang berani menggangguku?
Jika alasannya hanyalah butuh rekan perjalanan, selama ini aku jauh lebih menikmati bepergian sendirian. Tanpa perlu merasa canggung atau berpura-pura membuka percakapan, padahal aku tidak menikmati bercakap-cakap basa-basi.


Aku tidak ingin melakukannya karena sekedar 'ingin'. Juga aku tidak mau membandingkannya dengan perasaan yang sama seperti ketika aku diburu ingin segera lulus kuliah; perasaan setiap kali melihat kawanku lebih dulu mengenakan toga. Walau harus kuakui, ada perasaan serupa ketika setiap hari dalam lingkaran pertemananku ada undangan pernikahan dan kabar kelahiran.

Adakah alasan krusial yang bisa kau berikan agar aku yakin? Jika alasannya adalah ibadah, justru aku semakin takut. Mengingat perilaku burukku yang sering tak khusyuk di penghujung sholat tarawih berjamaah di masjid; sholat berjamaah dengan waktu terpanjang yang pernah kulakukan. Bukankah menikah juga ibadah sunnah yg waktu pelaksanaannya bahkan jauh lebih panjang?

Adakah? Atau sesungguhnya aku tak benar-benar butuh alasan? 

Mungkin memang Tuhan belum meridhoi aku untuk mengambil langkah yang kamu tawarkan.

Comments

  1. "Jika alasannya adalah ibadah, justru aku semakin takut."

    Kalau niatnya sudah mantap, in syaa Allah setelahnya bisa menjadi jauhhh lebih baik, Mba :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts