Figuran


Pernahkah kamu menonton film dan jatuh cinta pada sosok-sosok di dalamnya? Tokoh yang benar-benar mengena bagi kita. Entah cara berpikirnya, tindakannya, sikapnya, atau kisah yang dilewatinya. Terlepas dari soal fisik yang sering kali hanya sekedar nomor dua. Bajingan tampan, apa gunanya? Tetap saja ia sampah dalam kisah. Tidak ada manusia yang mencintai keburukan meski mungkin dirinya sendiri, sadar tidak sadar, buruk pula. 


Karena ketika menyaksikan sebuah cerita atau kisah, kita tidak pernah benar-benar jatuh cinta pada tampilan fisik. Semua film diperankan oleh aktris dan aktor dengan penampilan yang sebagian besar memang menarik. Jarang sekali ada film yang tokoh utamanya diperankan oleh yang buruk rupa kecuali memang menceritakan tokoh dengan fisik seperti itu. Kita, seringkali jatuh cinta pada sosok. Pada sifat, pada sikap yang disuguhkan.

Ada suatu ketika, di mana kita mungkin jatuh cinta pada tokoh figuran dalam sebuah cerita. Sesosok tokoh yang mendampingi tokoh utama. Sesosok tokoh penting yang sering muncul, tapi keberadaannya mungkin saja bisa disubstitusi. Tapi substitusinya mengakibatkan jalan ceritanya berubah. Keadaan-keadaan yang tokoh utama temui bisa berubah ketika ia tidak ada atau digantikan tokoh yang lain.

Pernahkah kamu lebih menyukai seorang figuran dibandingkan tokoh utama yang digaungkan?

Kita adalah aktor-aktor yang menjalani skenario karya-Nya, dan bergerak menurut perintah-Nya pula, Sang Sutradara. Kita mungkin selama ini terlalu sibuk pada kehidupan kita masing-masing. Bahkan terkadang kita lupa untuk menengok naskah dan kehilangan arah. Akan ke manakah cerita ini mengarah? Atau akan bagaimana kah akhir cerita jadinya? Merutuki mengapa yang dituju tak kunjung didekatkan, merasa paling kesulitan, hingga lupa bahwa ada aktor-aktor lain yang sedang menjalani skenario yang mungkin serupa pada film yang berbeda. 

Hingga pada suatu hari, kita sama-sama menyadari, bahwa ternyata masing-masing kita adalah sosok figuran pada cerita-cerita orang lain. Orang lain sama-sama menjalani skenario yang dituliskan-Nya bagi mereka, dengan kehadiran kita pada kehidupannya sebagai figuran.

Ada figuran yang benar-benar berpengaruh terhadap jalannya cerita. Ada figuran yang sesekali muncul dan memberikan warna berbeda. Ada figuran yang ada dan tiadanya tidak akan disadari pemirsa, tetapi membuat tokoh utama kehilangan arah. Ada figuran yang berfungsi menguji kesabaran. Ada juga figuran yang hanya sekedar lewat di tepian jalan, tak perlu diingat, tak perlu dijadikan kenangan. 

Kita sendiri pasti menginginkan figuran-figuran yang bermanfaat bagi jalannya cerita bukan? Untuk menghasilkan cerita yang beraneka rasanya, mengaduk-aduk hati pembaca dan pemirsa, mempesona Sang Sutradara.

Maka, bagi kita, jadilah figuran yang berguna dan mengena di hati pemirsa, mempesona bagi Sang Sutradara. Figuran yang memudahkan urusan tokoh utama. Figuran yang rela bersimpuh dan berdoa bagi kebaikan tokoh yang didampinginya. Figuran memberikan manfaat bagi cerita-cerita yang telah Ia tuliskan di dunia. Figuran yang akan saling bertemu di perjalanan karena memiliki tujuan yang sama. 

Bukankah akan terasa mengharukan apabila ternyata tokoh-tokoh figuran dalam cerita di mana kita lah tokoh utamanya melakukan hal serupa? 

Jadilah figuran yang berguna bagi tokoh utama lainnya. Dan biarkan skenario-Nya menggerakkan film yang bermakna bagi peradaban setelahnya. Tanpa melupakan kisah di mana kita sendiri lah aktor utamanya. Tentu saja.
***

Kamu, mungkin hanya figuran dalam kisah hidupku. Tapi tanpamu, ceritanya mungkin akan berbeda. Dan kamu, adalah figuran yang pernah menjadi bagian dari kehidupan seorang tokoh utama.

Dalam kisahku. Di kota hujan. 

-Titip Rasa, Kota Hujan-

Comments

Popular Posts